Hujan, Kamu dan Rinduku

Ku titipkan rinduku pada hujan pagi ini, lagi-lagi hanya untukmu.

Menatap tetesnya yang semakin lama semakin terasa sayu dimataku. Yang ku lakukan kini mambuai hujan. Mencoba mendekapnya selama yang aku bisa dalam pikiranku. Memenjarakan mereka, untuk kudapatkan ketenangannya. Mencoba bercengkrama dalam bisu, berbicara tentang rinduku.

Aku tak pernah tau mengapa bisa hujan membawa rasaku. Membuatku menyelami senyum beku yang mendominasi pikiranku. Memaksaku tersenyum untukmu. Membuatku jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya untuk mereka, juga untukmu.

Apa kau pernah melakukan hal yang kini kulakukan? Menikmati hujan. Menikmati pertemuan indah air langit dengan tanah di bumi. Apa kau pernah berfikir, hujan yang menyapa lapisan seperti membawa rindu yang telah lama tertahan? Mungkin seperti rinduku untukmu. Sebongkah rindu yang menggebu. Apa kau pernah melakukan hal ini? Walau untuk sekedar duduk saja  dan membuka memori tentangku yang mungkin kau taruh di pojok usang kenanganmu. Ya, kenangan. Aku tau itu. Hanya sekedar kenangan aku untukmu. Benar begitu? Baiklah.

Sengaja jendela kamar ku buka lebar. Berharap gemericik air mereka membasahi mukaku. Menyadarkan ku dari lamunan tentangmu. Menyadarkan ku untuk segera bangkit tak mengharapmu. Walau aku menyangkalnya setengah mati bahwa aku telah lama tak menunggu. Tapi itu palsu. Maaf.

Aku tak pernah mau berkata padamu, “Tolong mengertilah rasaku.”, karena aku tau, aku tak pernah memiliki hak tentang hal itu. Aku hanya mencoba membiarkanmu terus berasumsi. Secara tak langsung, memaksamu memikirkanku. Walau nyatanya tak pernah kau begitu, tak pernah kau melakukan itu.

Hei kamu, ratu di hatiku, ratu dipikiranku. Banyak hal yang ingin kukatakan padamu. Banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Tapi kurasa aku harus tau diri untuk tidak memaksamu berdiam duduk mendengarku. Karna bertemu tuk sekedar melihatku pun kamu tak mau. Benarkan? Aku hanya mampu termangu. Memikirkan kira-kira apalagi reaksi yang akan kau tunjukan padaku. Dalam diam dan harap.

Masih boleh tidak kalau aku memaksa untuk membiarkanmu terpenjara di pikiranku?
Masih boleh tidak kalau aku menulis tentangmu?

Karena hanya dengan cara ini aku bisa berdialog denganmu. Karna hanya dengan ini aku bisa leluasa mengatakan rinduku untukmu. Jangan larang aku. Karna aku tak tau apa yang harus kulakukan sebenarnya.

Ah, hujan pagi ini mulai tenang. Tak lagi menderu. Karena rindunya telah sampai pada tanah. Dan, sebersit tanya menggema dalam anganku,kapan aku sepertimu hujan?

Dariku,
Seseorang yang menjadikan hujan sebagai
media untuk membuka kenangan tentangmu.

0 Response to "Hujan, Kamu dan Rinduku"

Post a Comment