Pada sebutir embun di kelopak, kutitipkan resah. Agar tetesnya menyuburkan gelisah yang mengakar. Entah benih apa, kau tanam pada hamparan harap, hingga keraguan tumbuh. Sedang keyakinan mengering dan mati.
Apa karena ada hati lain sedang kau sirami, hingga lupa darimana kau mendapat kesejukan, sebelumnya. Apa mungkin tangkai ini tak cukup indah untuk tetap membuatmu diam, dan memperhatikan.
Tapi, terserah kehendakmu. Sebab sebelum keraguan itu merekah menjadi rasa sakit. Akar ini telah kubebat habis, hanya menyisakan batang kerontang.
Karena lebih baik menjadi belukar. Daripada layu dan gugur menyaksikanmu menyesap dan mengecup wangi keindahan putik lain.
Apa karena ada hati lain sedang kau sirami, hingga lupa darimana kau mendapat kesejukan, sebelumnya. Apa mungkin tangkai ini tak cukup indah untuk tetap membuatmu diam, dan memperhatikan.
Tapi, terserah kehendakmu. Sebab sebelum keraguan itu merekah menjadi rasa sakit. Akar ini telah kubebat habis, hanya menyisakan batang kerontang.
Karena lebih baik menjadi belukar. Daripada layu dan gugur menyaksikanmu menyesap dan mengecup wangi keindahan putik lain.
0 Response to "Bunga"
Post a Comment