Senja dan secangkir kopi hangat
Adalah sebuah kolaborasi hebat
Selalu berhasil membuatku untuk kembali mengingat
Detik demi detik, bit demi bit
Memori dan kenangan dalam nostalgia yang kuat
Aku dan sebuah memoar tentangmu
Adalah sebuah komunikasi dalam kalbu
Memenjarakan rasa, namun bebas dan tak pernah hadirkan ragu
Terisolasi diriku dalam ruang dan waktu
Sehingga hadirkan sebuah hasil karya rasa, yang bernama rindu
Aku yang kini masih mencari sebuah tempat untuk menikmati senja
Sebuah tempat yang kelak menjadi singgasana cakrawala kita berdua
Dimana kita berdua akan menyimpan hangatnya cinta di dalamnya
Katakan senja, apakah kau juga melihat ada yang indah sepertimu namun ia hidup? Apakah kau juga merasakan ada yang hangat sepertimu namun ia nyata? Apakah kau juga mengetahui ada yang cerah sepertimu namun ia ada?
Ia yang selalu membuatku terpukau bahwa ada senja lain selain dirimu. Ia yang selalu menghangatkan batinku kala berjalan melewati dinginnya malam. Ia yang membawakan segenggam cahaya sebagai penerang mimpi mimpiku.
Ia adalah senja, aku sebut sih begitu. Dan kafein yang bernama kopi ini membantuku menuliskan imajinasiku tentangnya dalam sebuah cerita.
Sampai aku terlelap, sampai aku terbangun.
Dengan lancangnya memimpikannya, dengan lancangnya impikan ia yang ada di sampingku kelak saat aku membuka mata.
Ijinkan aku, memasuki dan mengarungi duniamu. Bersama setangkap senja dan secangkir kopi.
Sebagai proposalku untuk mencintaimu, hingga kelak.
Dan senja itu masih sama dan tetap akan terus terlihat sama. Hanya rasanya yang akan sedikit berubah. Berubah menjadi lebih indah. Tanpa gundah hanya hadirkan resah. Resah tanpa hadirmu disisiku dengan cinta yang tak akan pernah punah.
Aku tidak peduli apa dan bagaimana kamu. Harapku hanya selalu berada didekatmu.
Di dekatmu, adalah teduh dan ketenangan nyaman yang mampu menembus ruang dan waktu.
Kau senja, kau kopi dan untukmu, kamu.
Inilah aku yang hanya ingin menjadi aku, dihadapanmu, sesederhananya.
Demikian lah aku mendefinisikan kamu sebagai senja yang teduh, aroma senja di pantai, senja di batas cakrawala. Jadi kamu adalah sebab dari semua kata yang terlahir. Terimakasih kamu.
Adalah sebuah kolaborasi hebat
Selalu berhasil membuatku untuk kembali mengingat
Detik demi detik, bit demi bit
Memori dan kenangan dalam nostalgia yang kuat
Aku dan sebuah memoar tentangmu
Adalah sebuah komunikasi dalam kalbu
Memenjarakan rasa, namun bebas dan tak pernah hadirkan ragu
Terisolasi diriku dalam ruang dan waktu
Sehingga hadirkan sebuah hasil karya rasa, yang bernama rindu
Aku yang kini masih mencari sebuah tempat untuk menikmati senja
Sebuah tempat yang kelak menjadi singgasana cakrawala kita berdua
Dimana kita berdua akan menyimpan hangatnya cinta di dalamnya
Katakan senja, apakah kau juga melihat ada yang indah sepertimu namun ia hidup? Apakah kau juga merasakan ada yang hangat sepertimu namun ia nyata? Apakah kau juga mengetahui ada yang cerah sepertimu namun ia ada?
Ia yang selalu membuatku terpukau bahwa ada senja lain selain dirimu. Ia yang selalu menghangatkan batinku kala berjalan melewati dinginnya malam. Ia yang membawakan segenggam cahaya sebagai penerang mimpi mimpiku.
Ia adalah senja, aku sebut sih begitu. Dan kafein yang bernama kopi ini membantuku menuliskan imajinasiku tentangnya dalam sebuah cerita.
Sampai aku terlelap, sampai aku terbangun.
Dengan lancangnya memimpikannya, dengan lancangnya impikan ia yang ada di sampingku kelak saat aku membuka mata.
Ijinkan aku, memasuki dan mengarungi duniamu. Bersama setangkap senja dan secangkir kopi.
Sebagai proposalku untuk mencintaimu, hingga kelak.
Dan senja itu masih sama dan tetap akan terus terlihat sama. Hanya rasanya yang akan sedikit berubah. Berubah menjadi lebih indah. Tanpa gundah hanya hadirkan resah. Resah tanpa hadirmu disisiku dengan cinta yang tak akan pernah punah.
Aku tidak peduli apa dan bagaimana kamu. Harapku hanya selalu berada didekatmu.
Di dekatmu, adalah teduh dan ketenangan nyaman yang mampu menembus ruang dan waktu.
Kau senja, kau kopi dan untukmu, kamu.
Inilah aku yang hanya ingin menjadi aku, dihadapanmu, sesederhananya.
Demikian lah aku mendefinisikan kamu sebagai senja yang teduh, aroma senja di pantai, senja di batas cakrawala. Jadi kamu adalah sebab dari semua kata yang terlahir. Terimakasih kamu.
0 Response to "PUISI | Senja dan Kamu"
Post a Comment