Surat tangis untukmu
Aku tahu surat ketikan ini tidak ada aroma romantisnya.
Namun, maaf. Aku hanya ingin kamu memahami dengan sempurna arti tulisanku ini
agar kamu mudah mengerti maknanya tanpa harus mengernyitkan keningmu untuk
mengartikannya.
Pikiranku baru saja berkelana ke tempat yang jauh. Ke tempat
dimana air mata lebih sering turun daripada hujan. Ke tempat dimana jarak
antara langit dan bumi lebih dekat dari dua pasang sorot mata yang tak bisa
bertemu.
Sudah terlalu lama matamu tak kunjung melihat perubahanku,
lalu kau mulai menyalahkan keadaan. Lantas, apa yang kau perbuat selama
perubahanku. Egomu terlalu tinggi sehingga menjadikan berbagai peraturan yang
tak sewajarnya.
Kamu selalu menganggap aku jahat. Aku selalu kau salahkan.
Aku terima karena aku tahu pertengkaran kita hanya emosi sementara. Aku selalu
menyayangimu walaupun kau tak sadari itu.
Sekarang, di saat aku akan merayakan hari bahagiamu,
pertengkaran datang kembali. Kamu bereaksi berlebihan. Aku hanya mohon jangan
tuduh aku menyayangi orang lain. Kamu tidak tahu bagaimana rasanya dituduh
melakukan hal yang tidak dilakukan. Sakit rasanya.
Bukti apa lagi yang kau minta? Aku tidak pernah memilih
orang lain selain kamu. Hanya kamu yang ada di dalam setiap hembusan nafasku.
Haruskah aku berteriak dan mengatakan kalau aku menyayangimu, bukan dia?
Kini, aku letih memberi maafmu. aku serahkan semua keputusan
padamu. Renungkanlah. Aku memang buruk namun aku pantas untuk dihargai.
Terima kasih sudah mau membaca suratku. Hatiku sekarang
tumbuh lebih kuat. Tidak akan kupaksakan lagi perasaanmu untuk terus menjadi
milikku. Terserah padamu sekarang. Namun, satu hal yang perlu kau tahu, cintaku
tidak pernah terbagi menjadi dua untuk kamu dan dia, cintaku hanya satu untuk
kamu semua.